Minggu, 12 Mei 2013

Rangkaian Dasar Listrik dan Elektronik

Rangkaian Dasar Listrik dan Elektronik



Untuk memahami sebuah sistem rangkaian listrik dan rangkaian elektronik, terlebih dahulu harus mengerti teori dasar listrik termasuk di antaranya pemahaman elektron dan besaran-besaran listrik dasar seperti kuat arus, tegangan, dan daya listrik; pengenalan kode dan simbol-simbol listrik; pemahaman rangkaian dasar listrik dan elektronik; dan cara kerja setiap komponen.

Rangkaian dasar listrik terdiri dari 3 (tiga) bagian pokok yaitu:
1.    Sumber tegangan. Sumber tegangan (Power Supply) dapat berupa tegangan AC (bolak-balik) 220-240 VAC dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) atau tegangan DC (searah) seperti halnya Accu (Battery)
2.    Penghubung (konduktor). Berupa kawat tembaga, kabel, atau benda lain yang bersifat penghantar
3.    Load (beban). Berupa perangkat listrik atau elektronik seperti televisi, kulkas, mesin cuci, komputer, motor listrik, radio, lampu, LED, dan lain-lain
Ketiga bagian pokok rangkaian listrik tersebut dapat dihubungkan atau diputus melalui sebuah switch (saklar). Ketika saklar ditutup, arus listrik akan mengalir dari sumber tegangan melalui beban sehingga beban akan bekerja, dan akan terputus ketika saklar dibuka untuk mematikan beban.

Besarnya arus yang mengalir tergantung besarnya tegangan sumber dan besarnya resistansi beban. Dalam hal ini resistansi kawat penghantar dihiraukan atau dianggap nol (0 Ohm). Makin besar tegangan sumber, maka akan makin besar arus yang mengalir ke beban. Sebaliknya, jika resistansi beban makin besar, maka arus yang mengalir pada rangkaian listrik tersebut akan makin kecil. Dalam kondisi ini Hukum Ohm berlaku.

Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.

Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:



I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere (A), V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan Volt (V), dan R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan Ohm. Hukum ini dicetuskan oleh George Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827. (Wikipedia)




0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda di Sini, dan di Harapkan Berkomentar Dengan Bahasa Yang Baku dan Sopan, Demi Kenyamanan Bersama Terimakasih.

Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Sponsered by Free Blog templates | Blog Tips by Best Blogging Tutorials